Jumat, 04 September 2009

Ekonomi Syariah Butuh Politik Matang

Ekonomi syariah dapat menggantikan kapitalisme yang saat ini sedang goyah jika mendapat perlindungan dari negara. Namun untuk itu dibutuhkan kematangan sistem politik.

“Ekonomi syariah berpijak pada ketakwaan kepada Allah dan menghindari sikap monopoli dan eksploitasi sesama manusia. Juga menjauhkan diri dari upaya penghilangan kekayaan pihak lain sebagaimana biasa terjadi di pasal modal sistem kapitalis,” papar Hassan Tsabit Fahan, seorang pakar ekonomi syariah dari Timur Tengah, kemarin.

Sistem ekonomi syariah senantiasa menjunjung tinggi hak asasi manusia dan mengandung nilai-nilai kemanusiaan berdasarkan ibadah. Guru besar ekonomi Universitas Yaman itu mencontohkan pengharaman semua larangan mengenai ekonomi seperti riba, korupsi, penipuan dan monopoli.

“Tapi kuncinya, kekuatan ekonomi syariah harus didukung sistem politik yang matang. Sehingga bisa menjadi kekuatan baru menggantikan sistem ekonomi kapitalis yang sedang dalam proses kehancuran,” tandasnya.

Ia juga memaparkan, pemerintah juga harus memiliki pusat riset ilmiah dan diimplementasikan oleh lembaga-lembaga keuangan negara, perusahaan asuransi Islam, lembaga investasi Islam, dan pasar modal Islam.

Menurutnya, dalam sebuah negara terdiri atas tiga sistem, yaitu ekonomi, politik, dan sosial. Dari ketiga sistem tersebut, sistem ekonomi merupakan sektor pokok. Karena itu, ketidakmatangan sistem ekonomi bakal menimbulkan kegagalan pada kelangsungan hidup masyarakat yang lebih baik.

Di Indonesia, pasar syariah ini terus berkembang meskipun belum optimal. Salah satunya dengan terus mengalirnya sindikasi pembiayaan. Bank Syariah Mandiri (BSM) misalnya, akan menyalurkan pembiayaan sindikasi senilai Rp 700 miliar untuk tiga proyek yang akan diluncurkan bersama sejumlah bank syariah lain selama semester kedua tahun ini.

Direktur Korporasi BSM Amran Nasution mengatakan tiga proyek itu bergerak di sektor migas, kelistrikan dan perkapalan. Untuk proyek kelistrikan, BSM akan memberikan dana kepada salah satu perusahaan transmisi listrik di Batam dengan investasi senilai Rp 145 miliar. “BSM bertindak selaku lead arranger,” imbuhnya.

Sektor minyak dan gas (migas), lanjut dia, untuk membiayai modal kerja dan investasi, BSM telah menunjukkan salah satu perusahaan migas yang cukup besar di dalam negeri dengan nilai investasi Rp 350 miliar.

Sedangkan untuk pembiayaan perkapalan, perseroan telah menyetujui membiayai pembelian tiga unit kapal senilai Rp 275 miliar milik sebuah perusahaan publik nasional. "Total pembiayaan sindikasi yang disalurkan perusahaan sampai saat ini sudah mencapai Rp 1,2 triliun," ujarnya.

Dari sisi dana simpanan, bank syariah lainnya, PT Bank Syariah Bukopin (BSB) Riyanto mengatakan akan terus menggalang dana untuk mengejar LDR (loan deposit ratio) di bawah 100%.

Rata-rata LDR bank Syariah di Indonesia di atas 100%, dan BSN 120%. “Karena itu kita menggenjot penggalangan dana masyarakat untuk LDR di bawah 100 %," ucapnya. Salah satunya dengan menargetkan produk Tabungan iB Siaga Bisnis dapat mendongkrak penggalangan dana tabungan sebesar 30% dari tabungan saat ini yang mencapai Rp 124 miliar atau menambah sekitar Rp 40 miliar hingga akhir tahun ini.

Direktur Utama BSB Riyanto mengatakan, BSB menawarkan produk ini untuk menjawab kebutuhan pasar, di mana tabungan tidak hanya untuk menyimpan uang saja, tetapi juga mencatat secara detail bisnis yang dilakukan nasabahnya.

"Saat ini penggunaan tabungan dengan fasilitas ATM dianggap paling mudah untuk melakukan transaksi bisnis, dan Tabungan iB Siaga Bisnis ini memfasilitasi itu semua dengan menampilkan catatan secara detail bisnis nasabah," katanya. Saat ini aset BSB per Juli 2009 mencapai Rp 1,8 triliun dengan total pembiayaan Rp 1,2 triliun dan DPK Rp 1 triliun. [E1] - 14 Agustus 2009


Sumber :

Ahmad Munjin

http://www.inilah.com/berita/2009/08/14/142067/ekonomi-syariah-butuh-politik-matang/

5 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar